PC IMM AR. Fakhruddin Pasca Hilmy Dzulfadli
Oleh : Makhrus Ahmadi
Kembali dihelatnya Musyawarah
Cabang (Musycab) PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta pada tanggal 9-11
Oktober 2015, menjadi hal yang tidak bisa dilewatkan begitu saja oleh semua
kader yang pernah lahir pada rahim ikatan ini. Apalagi, selama ini bisa
dimaklumi bahwa terkadang loyalitas diri sebagai kader IMM cenderung lebih
banyak dipengaruhi karena identitasnya sebagai IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta,
ketimbang sebagai kader IMM pada umumnya. Tentu saja, hal ini bukan hendak
mendikotomikan diri dalam diri kader IMM, melainkan lebih disebabkan bentuk dan
proses perkaderan yang berlangsung di IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta.
Barangkali, hal inilah keunikan dan kekhasan dari kader PC IMM AR. Fakhruddin
Kota Yogyakarta yang selalu berusaha—menjawab persoalan tentang cara berkader
dengan cara mengeratkan tali persaudaran dan loyalitas terhadap PC IMM AR.
Fakhruddin Kota Yogyakarta.
Jika cara berkader dilihat dari
perspektif sejarah berdiri dan perkembangan PC IMM AR. Fakhruddin Kota
Yogyakarta sebagaimana telah penulis tulis pada postingan sebelumnya. Maka,
yang terjadi eadalah cara berkader PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta selalu
memiliki dinamika dan dialektikanya sendiri, tidak saja secara berkader,
melainkan juga dapat dilihat dari gejolak regenerasi kepemimpinan dan gagasan
yang diusung secara generatif. Misalnya, tentang gagasan dan gerakan ‘gen
pemikiran’ yang diusung secara struktural PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta
dalam masa rentang 2006-2011, sekalipun pada perkembangan selanjutnya gagasan
tersebut diramu menjadi buku ‘Genealogi Kaum Merah’. Tetapi, jauh dari itu
adalah bagaimana mendorong semaksimal mungkin diaspora para kader PC IMM AR.
Fakhruddin Kota Yogyakarta dalam berbagai lintas sektoral—yang tidak saja mampu
memaksimalkan kemampuan diri kader, namun juga dapat memaksimalkan nilai-nilai
gerakan dari PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta. Barangkali, hal itulah
tantangan yang harus dihadapi oleh semua kader (alumni) dan para pimpinan PC
IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta dari semua generasi.
Saat terpilihnya Hilmy Dzulfadli
sebagai Ketua Umum PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta 2014/2015 beberapa
waktu lalu, semacam menjadi segar bagi kalangan postrukral dan kader PC IMM AR.
Fakhruddin Kota Yogyakarta yang mengharapkan ada warna baru dalam pemikiran dan
gerakan PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta itu sendiri. Hal tersebut
disebabkan karena bentuk pemikiran yang digemari oleh Hilmy Dzulfadli cenderung
lebih bersifat dekonstruktif, ketimbang kebanyakan kader dan pimpinnan yang
lebih nenyak dengan pemikiran dan gerakan puritan. Namun, setelah satu tahun
berlalu—agaknya, harapan tersebut nyatanya masih membuahkan hasil seperti yang
diharapkan, sekalipun dalam beberapa format gerakan—arus pemikiran dan gerakan
dekonstruktif selalu menyala, sekalipun tidak terlalu mendominasi. Misalnya,
hal tersebut dapat terlihat dari bentuk pengawalan dan pendampingan kasus Urut
Sewu dan pabrik semen di Rembang, termasuk pada keberhasilan menitipkan bentuk
Perda pada DPRD Kota Yogyakarta. Selain itu, proses perkaderan dan kepemimpinan
juga sudah berjalan dengan baik, sekalipun hal tersebut masih ditinjau dari
perspektif kebutuhan internal semata.
Kini, pasca kepemimpinan Hilmy
Dzulfadi hal yang patut menjadi perhatian bersama adalah bagaimana mendorong
para kader yang poststrukral tersebut pada jenjang perkaderan dan kempimimpinan
pada tahap yang selanjutnya. Sebab, jika ditinjau dari perspektif kader yang
mengikuti perkaderan tindak lanjut, seperti menjadi instruktur daerah saat ini
masih didominasi oleh para kader yang sebelumnya sudah poststrukral di DPD,
sepanjang pengetahuan penulis hanya ada orang instruktur yang menjadi
instruktur daerah—yang seakan berbanding terbalik dengan jumlah instruktur
cabang yang melimpah ruwah. Selain itu, kader PC IMM AR. Fakhruddin Kota
Yogyakarta yang masuk dalam struktur kepengurusan DPD IMM DIY saat ini hanya
ada dua orang kader, yang tentu saja sangat berbanding terbalik dengan dua
peride DPD IMM DIY sebelumnya yang dapat mendelagasikan lima sampai enam orang.
Sedangkan jika ditinjau secara nasional—sepanjang sepengetahuan penulis tidak
ada kader yang menjadi instruktur nasional, termasuk hanya segelintir kader
yang bisa menamatkan perkaderan hingga pada level paripurna. Belum lagi, masih
minimnya kader yang berani masuk dalam pentas kempimpinan IMM secara nasional,
entah alasannya karena gagal pada proses muktamar atapun enggan untuk
dicalonkan menjadi pimpinan, sekalipun pada kepengurusan saat ini ada satu
kader PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta yakni M. Fitrah Yunus yang menjabat
salah satu lembaga DPP IMM, meski tidak berangkat dari PC IMM AR. Fakhruddin
Kota Yogyakarta itu sendiri.
Hal lain yang tidak kalah penting
adalah bagaimana para kader dan pimpinan pasca kepemimpinan Hilmy Dzulfadli
dapat menjaga tradisi gerakan yang sudah atau yang hendak dibangun. Maksudnya, saat gen pemikiran—yang oleh sebagian kader
dipandang inrelevan dalam kultur perkaderan dan kepemimpinanan PC IMM AR.
Fakhruddin Kota Yogyakarta saat ini. Maka, yang harus dilakukan oleh para kader
adalah bagaimana membangun ijtihad pemikiran dan gerakan baru, yang tidak saja
menjadi domain pemikiran dan gerakan selama satu periode kepemimpinan,
melainkan juga harus menjadi domain pemikiran dan gerakan selama beberapa
kepemimpinan berikutnya. Tentu saja, hal tersebut harus didasarkan pada teks
dan konteks yang telah terbangun sejak PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta
itu berdiri dari sejak berdiri hingga saat ini. Oleh sebab itu, dibutuhkan urun
rembug semua level pimpinan dan kader lintas angkatan: bagaimana membaca
idealita dan realitas PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta pada masa lalu,
saat ini dan yang akan datang. Barangkali, hal seperti ini membutuhkan
pemikiran dan refleksi yang tidak sebentar.
Berkaitan dengan peluang dan tantangan PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta yang pernah penulis sampaikan pada
postingan sebelumnya adanya. Maka, pelung yang bisa dimanfaatkan dan dimaksimalkan
oleh PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta adalah: modal komitmen yang kuat antar kader, proses perkaderan yang tertata
rapi, dan makin tertatanya lembaga creative minority. Sedangkan berkaitan
dengan tantangan yang harus dihadapi PC IMM AR. Fakhruddin Kota
Yogyakarta, setidaknya juga meliputi tiga hal diantaranya: disorientasi perkaderan dan kepemimpinan,
memudarnya tradisi keilmuan, dan masih adanya wacana teriorial IMM DIY. Inilah
yang barangkali bisa kita pikiran, gerakkan dan direfleksikan bersama sesama PC
IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta.
Pekerjaan selanjutnya adalah mendorong
filantropi kader secara kelembagaan dibawah naungan kader PC IMM AR. Fakhruddin
Kota Yogyakarta. Pasca temu alumni kader PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta
pada maret lalu. Timbul gagasan dan keingin para kader untuk mendirikan yayasan
yang dapat menjadi wadah kontributif kader yang sudah berdiaspora kedalam
berbagai profesi. Selain itu, keberadaan yayasan tersebut kedepannya mampu
menjadi salah satu wadah gerakan baru—yang mengusung nilai dan semangat gerakan
PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta, yayasan tersebut kemudian diberi nama
IMMAR Foundation. Adanya IMMAR Foundation ini, tidak saja menjadi jembatan asa
sesama kader PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta. Melainkan sebagai
sumbangsih para kader terhadap masa depan keluarga besar PC IMM AR. Fakhruddin
Kota Yogyakarta itu sendiri. Sekalipun, meski saat ini keberadaan IMMAR
Foundation baru pada dataran deklarasi pendirian dan belum beranjak pada aksi-aksi
yang leih nyata, namun tidak menutup kemungkinan kedepan IMMAR Foundation akan
segera leading bersamaan dengan kesadaran dan tanggung jawab kader PC IMM AR.
Fakhruddin Kota Yogyakarta itu sendiri. Tentu saja, adanya temu alumni tersebut
daiatas tidak terlepas dari campur tangan Hilmy Dzulfadli dan semua pimpinan
cabang dan para kader di struktural.
Setidaknya hal tersebut diatas itulah
yang patut kita renungkan bersama sebagai kader yang pernah lahir dari kader PC
IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta. Pergantian periodesasi kepemimpinan
selayaknya bukan kemudian membutakan diri terhadap sejarah bagaimana rahim
gerakan ini dibangun, rawat, dijaga dan dikembangkan. Butuh refleksi diri
mendalam—bagaimana membangun tradisi pemikiran dan gerakan yang bisa berdampak
sistemik yang mampu melintasi jamannya. Maka, berlangsungnya kader PC IMM AR.
Fakhruddin Kota Yogyakarta kali ini—atau didemisonerkannya periode kempimpinan Hilmy
Dzulfadli harus mampu menjadi renuangan bersama—bahwa gerakan organisasi ini
tidak secara serta merta mampu digerakkan oleh segelintir orang atau mungkin
hanya oleh satu periode kepemimpinan saja, melainkan harus digerakkan secara
kolektif oleh semua unsur kader yang lahir dari rahim kader PC IMM AR.
Fakhruddin Kota Yogyakarta itu sendiri.
Semoga Musycab kali ini
menghasilkan keputusan terbaik bagi pemikiran dan gerakan kader PC IMM AR.
Fakhruddin Kota Yogyakarta kedepan. Dan bukan hanya deretan foto selfie belaka.
He!
0 komentar: