Diposting oleh http://mimindigenous.blogspot.com/ | 8 komentar

Tak Sekadar Merah [Buku Baru]

Tahun 1964 puncak kaum muda Muhammadiyah bergejolak untuk melahirkan organisasi otonom yang bernama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Tidak hanya ditubuh kaum muda Muhammadiyah, melainkan juga secara kolektif kaum muda negeri ini. Pergulatan pada masa orde lama  mengamanahkan bagaimana IMM harus dilahirkan—sebagai kehendak sejarah. Saat ini, IMM sudah menginjak usia 49 tahun atau menjelang setengah abad. Perjalanan yang tidak sebentar bagi sebuah organisasi gerakan mahasiswa dan ortom Muhammadiyah. Inilah dilema gerakan IMM yang berdiri diatas dua kaki yakni sebagai gerakan mahasiswa islam dan ortom Muhammadiyah hingga kadang tidak pernah selesai dengan urusan dirinya sendiri.

Setelah IMM bangkit kembali dari kevakuman kepemimpinan pusat yang ditandai dengan diangkatnya Immawan Wahyudi oleh PP Muhammadiyah, perlahan IMM seperti mempunyai nafas baru dengan hadirnya karya-karya intelektual berbasis struktural. Namun, seperti ingin kembali mengulang masa kelam. Saat ini, IMM kembali mengalami kekisruhan struktural di tingkat pusat yang menyebabkan kegamangan gerakan dan ragam pertanyaan yang terus memburu, baik ditingkat pimpinan, kader hingga dunia jejaring sosial.

Ditengah sebagian rasa pesimis yang melanda kader IMM belakangan ini. Makin maraknya kalangan yang ingin menumpang hidup di Muhammadiyah. Ataupun adanya upaya ingin memanfaatkan jaringan massa Muhammadiyah dan IMM untuk suksesi pemilu 2014. Maka, dibutuhkan sekumpulan orang yang keluar dari geladak Muhammadiyah untuk selanjutnya bergerilya menopang, membersihkan dan membangun Muhammadiyah diluar komando—dan itu hanya bisa dilakukan oleh gerakan kaum muda.

Ya! IMM sebagai bagian kaum muda Muhammadiyah, harus mengambil peran aktif untuk keberlangsungan masa depan persyarikatan diabad kedua. Hal yang paling rasional bagi IMM saat ini adalah peningkatan kapasitas intelektual dan kemapanan ekonomi, hingga dikemudian hari kader IMM bukan hanya sekumpulan orang yang menggantungkan kebutuhan hidupnya terhadap Muhammadiyah. Cukuplah sirine Anies Baswedan yang memprediksi bahwa kedepan kepemimpinan nasional tidak lagi akan dipimpin oleh kaum aktivis, melainkan oleh kaum entrepreuner (wirausahawan). Tidak semua kader IMM akan dicetak sebagai sebagai pemimpin nasional, persyariatan atau bahkan para politikus. Sebab dilain tempat, ada yang ruang dimana kaum mustadh’afin membutuhkan pembelaan dan harapan untuk membangun mimpinya—disinilah cara kita ber-Muhammadiyah akan terasa cukup berbeda.

Buku ini merupakan kumpulan tulisan kader IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta melalui MIM Indegenous School. Tulisan yang berisi tentang harapan, proses dan kegelisahan mengenai IMM jelang setengah abad. Karenanya, kami menyebut buku ini sebagai pengakuan dan persaksian bahwa IMM tidak pernah kebal kritik dan protes. Lewat cara ini kami ingin menyampaikan kepada seluruh kader IMM, bahwa peringatan ritus kelahiran bukan hanya diperingati dengan cara euphoria, melainkan dengan cara bersikap reflektif dan kredo berfikir.

Barangkali, buku ini masih jauh dari sempurna. Namun, setidaknya para penulis dalam buku ini, berani membuktikan sejarah perjalanan proses mereka dalam ber-IMM—dengan cara menulis sejarah mereka sendiri. Sehebat apapun manusia jika tak memahat sejarahnya sendiri, maka ia akan terlempar dari kubangan sejarahnya sendiri; termasuk kita dalam ber-IMM.

Semoga buku “Tak Sekadar Merah; Memoar dan Testimoni Kader IMM” ini bermanfaat bagi semuanya. Selamat Milad IMM ke-49 tahun

MIM Indigenous School

PENGGALAN TESTINOMI DALAM BUKU INI 

“Setiap perubahan politik selalu periode inkubasi. Masa dimana gagasan-gagasan progresif disemai. Proses semacam itu tampaknya mulai mengambil jarak dari konteks sosial kita. Namun kader-kader muda dalam buku ini menunjukkan bagaimana arus pemikiran ke-Islaman, kemanusiaan dan keberpihakan terus tumbuh dan hidup menjadi identitas tersendiri dari gerakan IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta. Saya yakin perjuangan bukan sekadar basa basi!”
Faris Alfadh, S.IP., MA.
Dosen Hubungan Internasional UMY | Mantan Direktur MIM Indigenous School

“Buku ini, saya kira menyajikan dua hal, yakni refleksi dari para kader IMM tentang perlunya intelektualisme di satu sisi dan moralisme”
Nurwanto, S.Ag., M.A., M.Ed.
Mantan aktivis IMM DIY 1998 | Alumni Birmingham University, Inggris

”Saya percaya dan yakin, perubahan senantiasa menjadi sebuah tantangan dan sekaligus peluang bagi eksisnya IMM ke depan”
Irvan Mawardi, SH.
Ketua Umum pertama PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta | Hakim di PTUN RI

“Menjadikan IMM sebagai social movement berarti mendorong upaya transformasi dalam skala yang lebih luas. Asumsi dasar yang dijadikan pijakan adalah IMM memiliki intellectual capital, sekaligus social capital yang kemudian mampu ditransformasikan menjadi social power untuk mengubah struktur dan tatanan sosial yang tidak adil menjadi lebih lebih adil, menindas menjadi egaliter. Paradigma transformatif yang dijadikan paradigma aksi menuntut IMM membuka ruang publik yang selebar-lebarnya bagi partisipasi masyarakat, termasuk didalamnya kalangan subalterm. Selain itu, menjamin hak-hak komunitas dan individu dari rongrongan kebijakan negara dan global yang merugikan”
Fauzi Fashri
Senior IMM AR. Fakhruddin | Mantan Ketua Umum PC IMM AR Fakhruddin Kota Yogyakarta | Mantan Sekretaris Umum DPD IMM DIY

“Indonesia saat ini termasuk salah satu negara yang sangat menghindari peperangan dalam penyelesaian sengketa dengan negara lain. Dalam tatanan hubungan antarnegara, perang pada dasarnya merupakan salah satu bentuk cara sebuah negara dalam melakukan hubungannya dengan negara lain. Dalam politik internasional yang anarki, di mana negara satu-satunya entitas berdaulat yang memiliki kekuatan dan kehendak ini, maka perang sangat mungkin terjadi di antara negara mana pun di dunia”
Zain Maulana
Mantan Ketua Umum IMM AR. Fakhruddin | Mantan Ketua DPP IMM | Masiswa Flinders Australia

“Kalian sudah bisa memutuskan sesuatu dengan dewasa, maka hasilkanlah keputusan yang terbaik”
M. Sobar Johari
Dosen EPI FAI UMY | Mantan Ketua DPP IMM

 “Apa bila gerakan tidak di landasi oleh suatu pemikiran, gerakan tersebut hanya menjadi pupit dan aktornya adalah manusia robotik yang kehilangan kesadaran kemanusiaan. Direnggut oleh skenario besar yang memainkannya, oleh karena itu paradigm berfikir dilandasi nilai trilogi IMM”
Ma’ruf Senja Kurnia
Mantan Ketua Umum IMM AR. Fakhruddin

“Bacalah sebanyak bait yang tak mungkin lagi dibendung, agar isi kepala membuncah tercecer, pecahnya menggenang sungai manfaat”
Cahyo Prabowo
Mantan Presma UMY

“Mudah-mudahan kedepan bangunan paradigma yang dikonstruk menjadi sebuah perspektif gerakan yang satu, yang menjadikan penyatuan aksi gerakan yang berlandaskan atas nilai-nilai religius. Kepada seluruh kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Abdul Rozaq Fakhruddin Kota Yogyakarta, sekarang saatnya  IMM membumikan cita-cita profetik perjuangan ikatan. Wahai para Cendekiawan berpribadi. Teruslah berjuang menuju puncak tak berujung”
Halim Sedyo Prasojo
Mantan Ketua Umum PC. IMM A.R.  Fakhruddin Kota Yogyakarta | Mantan Sekbid Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan DPD IMM DIY

“Setelah kita semua  menyepakati prinsip-prinsip umum dalam internal aliansi, maka kita harus melihat kembali kebelakang akan semua hal yang berkaitan dengan aliansi, karena aliansi yang akan kita bangun bukan lagi aliansi taktis melainkan aliansi strategis yang syarat utama dalam kesuksesaan pembangunannya adalah persamaan persespsi semua anggota aliansi, oleh karena itu perlu adanya pembahasan kembali dalam melihat tugas-tugas aliansi kedepan termasuk hak dan kewajiban anggota aliansi”
Deriana Putera Pamungkas
Mantan Kabid Hikmah PC IMM AR Fakhruddin Kota Yogyakarta Mantan Sekbid Seni Budaya dan Olahraga DPD IMM DIY

Bagaimana kita memaknai kader hari ini, apakah kader hanya dimaknai sebagai anggota ataukah kita sudah memaknainya sebagai fondasi dari organisasi yang menjadi struktur dalam suatu bangunan organisasi menjadi pimpinan dan melakukan transformasi organisasi. Inilah seharusnya hal pertama yang harus dipahami oleh semua kader IMM, pemaknaan tersebut menjadi awal untuk selanjutnya melakukan hal-hal yang berkaitan dengan proses pengkaderan.
Aminuddin Anwar
Mantan Kabid Kader  IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta Mantan Kabid Keilmuan DPD IMM DIY

“Tulisan ini merupakan buah pikiran dari seorang kader yang ingin menciptakan makna dari hasil refleksinya terhadap ikatan saat ini. Tulisan ini pun dilahirkan langsung atas kesadaran kader yang gemar terhadap perubahan yang terjadi di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah khususnya cabang A.R Fakhruddin karena aku percaya bahwa tulisan memiliki ruh sehingga dapat hidup dimanapun tempat yang ada dalam ruang dan waktu yang terbatas sekalipun."
Cehar Mirza
Mantan Kabid IPTEK PC. IMM A.R.  Fakhruddin Kota Yogyakarta | Mantan Direktur MIM Indigenous School Periode 2008-2009

“Tulisan ini membantu para kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menyelami peristiwa–peristiwa yang belum terungkap dan dan kronologi kejadianya sebagai sebuah fakta yang utuh. Seperti yang penulis bahas mengenai kronologi lahirnya Gen Pemikiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada masa kepemimpinan cabang 2007-2008.
Hendri Suseno.
Mantan Mendagri BEM UMY | Mantan Kabid Kader PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta periode 2006-2007

Cover buku


TAK SEKADAR MERAH
Pegiat MIM Indigenous School
Tebal: xx + 134 halaman
Harga: Rp. 30.000  
Penerbit:  MIM Indigenous School 
Pre-Order
Email :  mim.informasi@gmail.com
Twitter : @MIMindigenous 

Atau SMS ke Info Pre Order di Bawah ini :



8 komentar: