Resensi Buku: Ironi Negara Kepulauan
Judul Buku :
Ironi Negara Kepulauan
Penulis : Beni Pramula
Penerbit : Penerbit PT. Elex Media Komputindo.
Tebal Halaman : 233
ISSBN : 9786020267500
Penulis : Beni Pramula
Penerbit : Penerbit PT. Elex Media Komputindo.
Tebal Halaman : 233
ISSBN : 9786020267500
Perensensi : Rijal Ramdani
Buku ini akan beredar mulai tanggal 29 Juni 2015, di Toko Buku Gramedia Seluruh Indonesia. Menariknya seluruh royalti dari buku ini akan disumbangkan untuk pemberdayaan anak-anak yatim-piatu. Secara gamlang, buku karya aktivis yang berasal dari Sumatera Selatan ini membaca Negara Indonesia yang terbentang luas dari sabang sampai merauke. Dengan garis pantai terpanjang di dunia, hutan terbesar yang sering disebut sebagai paru-paru dunia, dan kekayaan alam berlimpah, adalah satu dari sebagian ciri khas Negara kepulauan terbesar di dunia. Yaitu Indonesia. paradise, begitu kata orang eropa, dan jannah sebutan dari orang dari timur tengah. Namun, melimpahnya kekayaan alam belum menjadi modal bagi lompatan quantum perubahan bangsa. Bangsa terbesar ke lima di dunia, yang harusnya mampu sejajar dengan Negara-negara besar. Layaknya Eropa, Jepang, Cina, bahkan Amerika Sekalipun.
Bobroknya system pemerintahan, demokrasi setengah matang, dan pemimpin
produk pencitraan, hambatan bagi kemajuan bangsa. Korupsi masih merjalela,
hukum tebang pilih, kiblat ekonomi bangsa masih tunduk kepada cengkraman asing,
harus diterima rakyat Indonesia yang semakin hari semakin kesulitan, semakin
jauh dari harapan kesejahteraan. Semakin jauh dari harapan kemajuan. Belum menjadi
tuan di negeri sendiri.
Buku Ironi Negara kepulauan mengulas dengan komprehensif, realitas
paradoks yang menjadi substansi masalah bangsa saat ini. Negara kepulaan dengan
kekayaan melimpah, namun ironisnya, rakyat masih susah. Beras harus impor,
sumber daya alam dikuasai oleh asing, dikelolah dan dipergunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran pemilik modal. Seperti yang dipaparkan
penulis pada halaman satu bagian dua, “Kekayaan Dalam Cengkraman Asing”.
Data-data akurat yang disampaikan penulis, meyakinkan para intelektual bahwa
buku ini layak dijadikan referensi untuk mengungah kesadaran. Tidak sekedar
menyajikan ironi, atau masalah-masalah bangsa saat ini seperti pada halaman
satu, “Negeri Salah Urus”, di halaman dua buku ini juga memberikan
pencerahan dan harapan, bagaimana melawan ironi dan menegakkan kedaulatan
rakyat.
Buku yang terdiri dari 11 bagian, dan dipisah menjadi dua halaman ini,
ditutup dengan mengugah kesadaran kaum muda, sebagai moral force, untuk
membangun kesadaran kolektif, atau bahasa penulis, yaitu revolusi kesadaran
kolektif dari kaum muda yang kemudian diterjemahkan sampai kepada seluruh
masyarakat. Penulis menempatkan kaum muda diposisi strategis sebagai aktor
perubahan. Dengan cita-cita terwujudnya perubahan mendasar kearah yang lebih
baik untuk indonesia berkemajuan.
Latar belakang penulis sebagai aktivis mahasiswa dan Presiden Pemuda
Asia Afrika, yang tak pernah jauh dari dinamika kebangsaan dan kondisi
geopolitik global, memberikan nilai plus dari buku ini. Buku ini sangat relevan
dalam konteks kekinian. Karena isu-isu yang diangkat masih sangat hangat
dibicarakan oleh kaum muda. Ditambah dengan gaya penulisan yang tak hanya
menggoda nalar kritis pembaca, namun juga ‘provokatif’ sehingga mengugah dan
membangkitkan kesadaran pembaca. Buku ini layak dibaca bagi para intelektual,
aktivis mahasiswa, aktivis pergerakan, akademisi, dan siapapun yang
menginginkan perubahan mendasar bagi Negara kepulauan terbesar di dunia, Bangsa
Indonesia.
Sumber : direpost dari Blog perensensi (klik)
bukunya sangat baik dibaca untuk anak mudah,,, agar tergugah hatinya akan Ironisnya negara kita ini
BalasHapusdan kalau boleh lebih baik bukunya di publikasikan di Internet agar masyarakat yang belum baca dan nggak sempat ke toko buku agar dia bisa mendownload buku tersebut,,
BalasHapus