Masa Depan Muhammadiyah
Oleh : HM. Amien
Rais
Persyarikatan
kita dinamakan Muhammadiyah tentu dengan tujuan jelas, yakni menjadikan Nabi
Muhammad SAW sebagai uswah hasanah dan tarikh SAW sebagai rujukan baku
perjuangan Muhammadiyah. Pada dasarnya kita memiliki dua uswah hasanah, yaitu
Nabi Muhammad SAW dan Nabi Ibrahim AS (QS al-Ahzab [33]: 21 dan al-Mumtahanah
[60]: 4). Nabi Ibrahim sebagai Bapak Monotheisme mengemban misi penegakan
tauhid dan menunaikan tugas memimpin kemanusiaan (QS al-Baqarah: 124). Sebagai
khalilullah, Nabi Ibrahim melakukan perlawanan terhadap Namrud yang merupakan
simbol kemusyrikan dan kezaliman.
Tauhid yang
ditancapkan Nabi Ibrahim pada gilirannya diikuti tiga agama samawi, yakni
Yahudi, Nasrani, dan Islam. Tauhid mencapai kulminasi pada agama Islam yang
dibawa Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW sebagai nabi pamungkas dan
penyempurna millah Ibrahim, kita
jadikan satu-satunya pemimpin yang mutlak harus kita ikuti. Komitmen kita
menjadi pengikut perjuangan Rasullullah bersifat total. Bahkan, sayap perempuan
Muhammadiyah dinisbatkan dengan salah satu istri tercinta Nabi, yakni ‘Aisyah
dan jadilah ‘Aisyiyyah.
Kini
Muhammadiyah menapaki abad kedua kehidupan perjuangannya. Satu hal yang perlu
kita ingat, sejarah terus berubah, bergerak ke depan dan Alquran memberi tahu
bahwa nasib manusia, organisasi, dan bangsa serta negara berputar secara
cakra-manggilingan (QS Ali Imran: 140). Wajib kita syukuri bahwa Muhammadiyah
mampu melewati satu abad perjuangan dengan sehat, sukses, dan tidak menunjukkan
gejala sakit maupun melemah karena usia. Syajarah
thayyibah atau pohon indah Muhammadiyah tetap segar, makin banyak
buah amal salehnya sepanjang masa dan dinikmati segenap bangsa (QS Ibrahim:
24).
Kita
bersyukur punya Alquran dan sunnah sahihah
yang bersifat abadi dan mampu memberikan pijakan kokoh untuk menjawab segala
tantangan itu. Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Pasal 6 disebutkan, maksud dan
tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Ketika Muhammadiyah didirikan
pada 8 Dzulhijah 1330 H bertepatan dengan 18 November 1912 M, bangsa Indonesia
masih berada dalam zaman kolonial, belum merdeka, sehingga konteks historis,
sosial, politik, dan ekonominya sangat berbeda dengan zaman sekarang, 106 tahun
(sesuai dengan kalender Hijriyah) atau 103 tahun (sesuai kalender Masehi)
kemudian.
Muhammadiyah pernah mengalami zaman kolonial, revolusi, demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, demokrasi Pancasila, dan sekarang zaman reformasi atau pasca-reformasi, dan entah apalagi di masa depan. Tujuh Presiden Indonesia dan visi politik serta ekonomi nasional boleh bergonta-ganti, tapi kapal Muhammadiyah terus melaju.
Konteks global
Bila kita
bicara masa depan Muhammadiyah, tidak bisa tidak kita harus meletakkan
Muhammadiyah dalam konteks Islam internasional karena hakikatnya umat Islam
adalah umat yang satu. Para musuh Islam pada tataran global atau mondial sejak
dulu menerapkan strategi dasar yang sama, sekalipun bentuk permusuhannya
berubah. Kita insya Allah tidak
akan pernah terkecoh bilamana kita selalu mencari petunjuk abadi dari Alquran.
Banyak orang
awam menyangka dan banyak pula intelektual Muslim mengira, setelah usai Perang
Dunia II, kekuatan Barat yang diikat oleh Judeo-Christian Ethics tidak mungkin
lagi melancarkan invasi militer, politik, ekonomi, dan ghazwul fikri pada dunia
Islam. Persangkaan itu keliru besar. Kekuatan dajal dari Barat itu datang
kembali dengan invasi ekonomi, sosio-kultural, dan proses westernisasi
pendidikan, gagasan neolib dan neocon ke arah kaum terpelajar Muslim. Hasilnya,
muncul barisan westomaniac, manusia dengan pikiran yang tergila-gila pada apa
saja yang datang dari Barat dan memandang rendah khazanah Islam sendiri. Malahan
secara sangat ironis muncul kelompok Muslim Zionist, yakni pembela utama
zionisme yang beragama Islam.
Sejak usai
Perang Dunia II sampai dekade 1970-an, tidak banyak orang percaya kekuatan
imperialisme Barat yang dulu berslogan Gospel,
Gold, and Glory akan kambuh, yaitu
melakukan kembali pendudukan militer atas negara yang akan dijajah lagi,
walaupun bukan dengan cara persis sama. Amerika Serikat melakukan pendudukan
militer kembali. Sejak 2003 hingga kini, Amerika Serikat tetap bercokol di Irak
dengan segala macam alasan, juga di sebagian Afghanistan, dan militer Amerika
berkeliaran di seantero dunia Islam dengan berbagai dalih. Bahkan, beberapa
negara Arab menyediakan pangkalan udaranya bagi Angkatan Udara Amerika Serikat
untuk mengagresi Irak, Afghanistan, Libya, dan lain-lain.
Ketika dunia
Arab sebagai bagian sangat penting dari dunia Islam disapu Musim Semi Arab yang
bergulir sejak 2010, rakyat awam di negeri itu berharap hilangnya kekangan
otoriter para penguasa Arab, berganti yang menghargai hak asasi manusia. Juga
diharapkan muncul proses demokrasi yang egaliter untuk membentuk pemerintahan
yang baru dan membersihkan korupsi serta ekonomi diatur kembali dengan
memperhatikan kepentingan rakyat banyak. Karena nilai-nilai Islam telah
berperan besar dalam mendorong proses perubahan itu, ada yang menilai
bangsa-bangsa Arab sedang menikmati musim semi Islami. Namun, musim semi Arab
atau musim semi Islami yang dimulai dari Tunisia itu kini telah berbalik arah
dan pada umumnya gagal. Musim semi Arab telah berubah jadi musim dingin yang gelap,
mencekam, dan menakutkan.
Negara-negara
Arab yang disapu cita-cita musim semi Arab telah terbenam perang saudara,
pertumpahan darah, pembonekaan para raja, presiden, sultan, dan amir oleh
kekuatan penjajah Barat. Israel yang kolonialis, rasialis, dan Zionis makin
kuat dan menjadi ujung tombak kekuatan Barat yang mengibarkan Judeo-Christian
Ethics. Sebab kegagalan musim semi Arab itu cukup banyak. Satu sebab terpenting
adalah ketidakmampuan para pemimpin mereka membebaskan diri dari cengkeraman
asing secara politik, diplomatik, ekonomi, dan hankam. Mentalitas
ketergantungan itu sudah berurat-berakar sehingga mereka tidak sanggup berdiri
dan berjalan tanpa dibimbing master dan mentor politik, ekonomi, dan militer mereka.
Saya yakin
pelemahan dan bahkan penghancuran negara-negara Arab Muslim di Timur Tengah itu
merupakan bagian dari strategi dan skenario global kekuatan Barat yang belum
pernah sembuh dari penyakit imperialisme dan kolonialisme lama. Seperti
penyakit kambuhan, imperialisme kambuhan beraksi lebih ganas dan destruktif. Keinginan
Muslimin dunia pada awal abad 15 Hijriyah menyaksikan kebangkitan Islam di abad
ini, kini tampak kandas, paling tidak untuk sementara. Dunia Islam didera
berbagai masalah, seperti perang, kemiskinan dan pengangguran, kekuasaan zalim
dan otoriter, konflik antaretnik, penegakan hukum yang diskriminatif, buta
huruf yang masih sangat luas, dan lainnya. Dibandingkan dunia Barat, kelihatan
dunia Islam lebih lemah, lebih tidak terdidik, lebih miskin, dan lebih
terbelakang. Padahal, doa sapu jagat Islam memohon kepada Tuhan YME agar
dikaruniai kebahagiaan dunia akhirat dan dilindungi dari api neraka (QS
al-Qashash: 77).
Salah besar
kalau ada orang beriman berpendapat tidak mengapa di dunia menjadi manusia yang
lemah, miskin, bodoh, dan tersisih menjadi pelengkap penderita, tetapi esok
akan bahagia di akhirat. Ini gejala self-defeatism,
mengaku kalah dan jadi pecundang tanpa berani bertanding, dan memilih kehinaan
daripada kemuliaan. Agaknya akhlak ini dikutuk agama karena hakikatnya menghina
agama itu sendiri. Sayangnya, sebagian fakta dan angka belum berpihak pada
dunia Islam. UN Report on Human Development
Index tahun 2009 mencatat, mayoritas negeri Muslim berada pada
urutan atas merajalelanya korupsi. Dalam indeks pembangunan manusia yang diukur
lewat harapan hidup, melek huruf, dan penghasilan berbagai bangsa, mayoritas
bangsa-bangsa Muslim berada di urutan menengah bawah dan urutan bawah.
Lebih dari
30 negara di dunia Islam, hanya ada sekitar 500 universitas, sementara di
Amerika Serikat ada 5.758 universitas, bahkan di India 8.407 universitas. UNDP
pada 2004 mencatat, dari 500 universitas terkemuka, tak ada satu pun dari dunia
Islam. Di Barat yang mayoritas Nasrani, jumlah melek huruf 90 persen, sementara
dunia Islam baru 50 persen. Yang selesai sekolah dasar di Barat 90 persen, di
dunia Islam 50 persen. Di Barat 40 persen penduduknya mengenyam perguruan
tinggi, di negeri-negeri Muslim hanya 2 persen. Yang pertama mengeluarkan biaya
R&D 5 persen, yang kedua hanya 0,2 persen. Apalagi bila kita bicara
perbandingan kekuatan militer Barat dan dunia Islam, kesenjangan itu kian
lebar.
Mengapa
sekarang umat Islam menjadi terbelakang? Pasti bukan karena Islam itu sendiri.
Islam sudah terbukti menggelar revolusi kemanusiaan yang paling dahsyat
sepanjang sejarah ketika Nabi Muhammad SAW memimpin transformasi zaman
jahiliyah dunia Arab menjadi zaman pencerahan segala bidang dalam tempo satu
generasi. Islam juga melahirkan Khilafah ‘Abbasiyah selama separuh milenium
yang menghadirkan puncak ilmu pengetahuan dan peradaban. Islam juga memunculkan
imperium terbesar sepanjang sejarah, yakni Imperium Osmaniah. Khilafah Osmaniah
ini berlangsung sekitar 7 abad (1299-1923) dan menjadi penghubung utama peradaban
Timur dan Barat. Ia berakhir pada 1923 dengan meninggalkan kemegahan sejarah
Islam di beranda Eropa.
Dewasa ini
kita menyaksikan pemikiran dan gerakan Islamofobia. Mereka yang membenci Islam
demi membenci tanpa alasan apa pun dinamakan Islamophobes. Manusia pembenci
Islam ini di Barat maupun di Timur semakin bertambah dengan menggunakan media
cetak, media sosial, dan ceramah di kampus dengan tujuan tunggal: mencemarkan
nama baik Islam, melakukan disinformasi dan distorsi, sekaligus demonisasi Islam
agar agama samawi terakhir ini berwajah seram, seolah-olah pendendam, dan
menyukai kekejaman. Di Amerika Serikat saja ada 46 lembaga yang melancarkan
serangan Islamofobia. Para Islamophobes di AS itu terdiri atas akademisi,
orientalis, wartawan, ketua lembaga studi, pendeta, dan lainnya. Di antara
mereka ada juga bekas pegiat sosial Islam, penulis, dan aktivis LSM yang sudah
murtad atau meninggalkan Islam. Jangan lupa, di Indonesia ada juga lingkaran
Islamofobia itu, meskipun omongan dan aksinya tidak sejelas kelompok
Islamofobia Barat. Saya melihat dengan kasihan ada sejumlah aktivis Muslim,
junior dan senior, tampak menikmati pujian yang datang dari lingkaran
Islamophobes Indonesia.
Kondisi kita
Kita harus
terus berpikir membuat peta jalan perjuangan persyarikatan di masa depan.
Berikut beberapa realitas yang perlu kita cermati tentang Muhammadiyah.
Pertama,
semangat beramal saleh di kalangan persyarikatan agak lesu. Banyak bangunan
Muhammadiyah yang sudah diresmikan peletakan batu pertamanya, setelah beberapa
tahun bangunan itu tak kunjung selesai. Sebab utamanya, pembiayaan yang macet
atau berjalan sangat pelan. Kedua, proses kaderisasi di Muhammadiyah berjalan
cukup lamban. Makin jarang terdengar latihan kepemimpinan Darul Arqam di
daerah. Ketiga, kecintaan pada Alquran masih terlihat belum menyeluruh di kader
dan pimpinan.
Keempat,
kantor persyarikatan cukup megah tetapi sering kali lengang. Sedikit aneh,
gerakan tajdid tidak sering menyaksikan para kadernya bermusyawarah memecahkan
berbagai masalah. Kelima, semboyan tidak ada kejayaan Islam tanpa dakwah dan
tidak ada dakwah tanpa pengorbanan agaknya tidak bergaung lagi di kalangan
keluarga besar Muhammadiyah. Keenam, semangat menjalankan ibadah makhdhah, seperti shalat
berjamaah di masjid terasa sepi. Masjid-masjid Muhammadiyah tak lagi jadi pusat
bertemunya pimpinan dan kader serta anggota Muhammadiyah.
Ketujuh,
kecintaan sebagian pimpinan Muhammadiyah pada sekolah sendiri sering kali
basa-basi. Malah acap kali kita saksikan sebagian tokoh atau kader Muhammadiyah
baru mau menyekolahkan anaknya di sekolah Muhammadiyah setelah ditolak ke sana
kemari. Kedelapan, semangat berjuang atau berjihad tampak melempem. Tak sedikit
aktivis kita yang mengeluh kalau harus turun ke bawah, membina persyarikatan di
tempat yang relatif jauh dan sedikit sulit perjalanannya. Kesembilan, sering
kali kita lihat fenomena aneh, sebagian pimpinan Muhammadiyah tidak begitu
cinta dan bangga dengan Muhammadiyah. Mungkin agak mirip dengan sikap sebagian
kiai pimpinan pesantren yang tidak bangga dan cinta dengan pesantrennya. Kesepuluh,
kadang kala ada fenomena aneh, sebagian pimpinan Muhammadiyah menderita
penyakit rendah diri. Islam tak pernah mengajarkan umatnya bersikap rendah diri
(kompleks inferioritas) maupun jemawa dan percaya diri berlebihan (kompleks
superioritas).
Saya ingat
rumus Pak AR, kalau pemimpin Muhammadiyah bertemu pejabat negara setinggi apa
pun harus wajar-wajar saja. Tidak perlu membungkuk sampai nyaris tiarap, tetapi
juga tidak perlu berkacak pinggang. Tentu masih banyak potret Muhammadiyah masa
kini yang dapat kita bicarakan, yang menggambarkan betapa Muhammadiyah agak
lesu darah, kurang bertenaga dalam menggerakkan amal saleh, cenderung
dijangkiti penyakit malas dan kurang percaya diri. Pertanyaan pentingnya, apa
yang mesti kita kerjakan agar usaha izzul Islam
wal muslimin kembali meriah, penuh syiar, bertenaga, dan lebih
efektif?
Mengingat
cukup besarnya tantangan, kita perlu membuat langkah penting. Pertama,
menegaskan dan memperluas doktrin perjuangan kita. Dalam menegakkan dan
menjunjung tinggi Islam sehingga terwujud masyarakat Islam, selama ini
Muhammadiyah melaksanakan dakwah amar ma'ruf nahi mungkar dan tajdid melalui
amal usaha, program tertentu. Sudah tiba saatnya bagi Muhammadiyah juga mengembangkan
da'wah al-amru bil 'adli dan an-nahyu 'anil
dhulmi, yakni berjuang menegakkan keadilan dan memberantas
kezaliman (QS an-Nahl: 76 dan 90). Barangkali, al-amru bil ma'ruf dan an-nahyu 'anil munkar lebih
menitikberatkan pada kehidupan moral atau akhlak. Sedangkan, al-amru bil 'adli dan an-nahyu 'anil dhulmi
lebih menyangkut persoalan sosial, ekonomi, politik, dan hukum.
Alangkah
baiknya bila dua doktrin Alquran ini kita jadikan motivasi pokok pemikiran dan
gerakan Muhammadiyah. Dengan perhatian yang lebih tajam lagi pada persoalan
kezaliman sosial, ekonomi, politik, dan hukum, kiprah Muhammadiyah akan menjadi
lebih relevan, lebih terasa, dan lebih menggigit. Menurut Nabi Muhammad SAW,
ketika kita memberantas kemunkaran caranya harus ma'ruf maka ketika kita
memberantas kezaliman caranya pun harus adil. Tidak boleh memberantas
kemunkaran dan kezaliman malahan memunculkan kemunkaran dan kezaliman baru.
Kedua,
selama ini sebuah kata yang indah, penuh makna, dan dapat menghidupkan (ihyaa) kaum beriman, yakni kata
jihad, jarang kita bahas dan dalami di berbagai latihan kepemimpinan. Kata
jihad dalam berbagai bentuknya di Alquran disebut 41 kali sementara zakat hanya
31 kali. Demikian pentingnya jihad dalam Islam hingga ada sebagian ulama yang
mengusulkan agar jihad dijadikan rukun Islam keenam. Secara sangat padat dan
singkat, jihad berati badhlul juhdi atau kerah total dari segenap kesanggupan
untuk memperbaiki keadaan dari kezaliman ke keadilan, dari masyarakat yang
bodoh ke yang berilmu, dari masyarakat yang sakit ke yang sehat, dari
penjajahan ke kemerdekaan, dari ketergantungan ke kemandirian, dari kegelapan
ke pencerahan, dan seterusnya.
Jihad dalam
bidang apa pun pasti memerlukan pengorbanan harta (untuk logistik) dan
pengorbnan jiwa (manusia yang bertanggung jawab mengatur strategi, program, dan
rangkaian aksi). Tidak ada jihad tanpa pengorbanan amwal dan anfus.
Cerita tentang KH Ahmad Dahlan pada suatu pagi buta memukul kentongan sehingga
menggegerkan warga Kauman perlu kita ambil moral lesson-nya.
Warga Kauman menyangka ada pencurian atau musibah besar. Ternyata KH Ahmad
Dahlan mau melelang jam dinding, perhiasan istrinya, dan perabotan rumah tangga
untuk membiayai amal saleh (dakwah) Muhammadiyah. Jihad dengan harta bukan
hanya diajarkan oleh pendiri Muhammadiyah, tetapi dilaksanakan dalam perbuatan
nyata.
Ketiga,
semangat jihad yang lembek. Kadang kala kita menemukan kader Muhammadiyah yang
terlalu mudah mengkritik sesama Muslim dengan tuduhan bid'ah. Dengan segala kerendahan
hati, kita harus ingat, pada dasarnya ada dua jenis bid'ah atau ibtida'.
Yang pertama bid'ah bi ziyadah,
yakni menambah-nambah apa yang tak diajarkan. Kedua, bid'ah bi nuqshan, yakni
mengurang-ngurangi apa yang diajarkan. Daripada kita mencari kesalahan pihak
lain, lebih baik kita bertanya, "Jangan-jangan kita tanpa sadar melakukan
ibtida' bi nuqshan?" Misalnya, ajaran jihad yang demikian sentral dalam
Alquran maupun sunah Nabi cenderung kita lupakan?
Keempat,
posisi yang diambil Muhammadiyah, cukup jelas dan mantap, seperti dijelaskan
dalam Alquran. Ada yang berpegang teguh pada kalimah thayyibah sehingga memunculkan syajarah thayyibah yang memberi
manfaat ke alam sekitarnya sepanjang masa dengan izin Tuhannya. Ada pula yang
berpegang pada kalimah khabitsah dan melahirkan syajarah khabitsah, bagaikan
pohon buruk yang tumbang menjadi penghalang kebaikan. Kelima, Alquran memberi
petunjuk bahwa kaum Muslim harus memerangi kaum musyrikin secara kaaffah/ (menyeluruh, totalitas)
sebagaimana mereka memerangi kaum Muslim secara kafah (at-Taubah: 36). Perintah
Alquran agar kita menghadapi serbuan kaum musyrikin secara kafah itu dalam
konteks perang yang sedang berjalan. Jangan disalahpahami, seolah-olah kita
harus menyerbu kaum musyrikin dalam keadaan damai, tanpa sebab, sehingga kita
disuruh Alquran membuat gara-gara. Sangat jauh dari hal itu. Yang penting kita
pahami, geliat dan postur yang diambil kaum musyrikin itu harus kita wapadai
supaya kita tidak mudah terkejut karena tak membaca langkah mereka yang sama
sekali tidak pernah kenal lelah. Hanya ada lima kata kafah dalam Alquran dan
ada dua kata itu dalam satu ayat. Dari petunjuk Alquran ini, bahwa orang-orang
musyrik dalam arti luas menggunakan totalitas kemampuan mereka untuk meredupkan
cahaya Allah. Musuh-musuh kebenaran, sejak dulu sampai kapan pun, akan secara
total menggunakan organisasi, koordinasi yang rapi, dan pembagian kerja untuk
melemahkan kaum pendukung kebenaran dan keadilan.
Keenam,
mengingat masalah dakwah terus bergerak makin kompleks, semakin mendesak
perlunya think tank atau semacam pusat pemikiran yang dilembagakan, apakah di
bawah Majelis Tarjih dan Tajdid atau berdiri sendiri. Tugasnya menyiapkan
pemikiran yang relatif solid dan meyakinkan, tentu lewat proses R&D agar
Muhammadiyah bukan saja memiliki kemampuan anticipation
of change, tapi juga management
of change. Kita bersyukur pada Allah makin banyak barisan
intelektual muda dan ulama muda yang dapat dikerahkan untuk keperluan penajaman
pemikiran dan doktrin perjuangan Muhammadiyah. Kita juga dapat mengajak
intelektual dan ulama dari kalangan UII (Ummat Islam Indonesia) yang lain.
Ketujuh,
kita menghadapi sumber informasi yang tak seimbang karena informasi yang kita
hadapi setiap hari berjalan searah, yaitu dari pihak yang kuat menyasar ke
pihak lemah. Kuat dalam arti kemampuan finansial, kecanggihan jaringan, dan
konsistensi pencapaian target atau tujuan, serta seni manipulatif yang cukup
halus dan bergerak perlahan, tapi pasti. Dalam peperangan informasi, dunia
Islam banyak tersudut. Bila kita tidak kritis menyaring informasi, bukan
mustahil kita akan menari-nari sesuai gendang orang lain. Pergeseran opini yang
kita alami bisa bergerak sejengkal demi sejengkal, tapi akhirnya kita terseret
jauh tanpa disadari. Untuk menghindari ini, berhenti menari mengikuti gendang
orang lain. Kita harus waspada, cerdas, dan paham, ke arah mana lagu yang
ditabuh pihak lain.
Kedelapan,
hubungan sedikit pelik yang akan selalu bersama Muhammadiyah adalah dengan
pemerintah. Pada masing-masing zaman, hubungan itu bisa berbeda dalam nuansa,
bahkan posisi. Tetapi, satu hal yang jelas, keduanya saling membutuhkan. Ada
ratusan ribu murid dan mahasiswa ditampung dan dididik di ribuan SD, SMP, dan
SLTA serta ratusan perguruan tinggi Muhammadiyah. Setiap hari ada ribuan
anggota masyarakat yang sakit pergi ke rumah sakit atau klinik Muhammadiyah.
Dan, ada ribuan anak yatim piatu yang diasuh di ratusan panti asuh yatim
Muhammadiyah dan 'Aisyiyah, dididik, disantuni secara sangat manusiawi hingga
berangkat dewasa. Muhammadiyah telah membantu meringankan tugas konstitusional
pemerintah atau negara. Sebaliknya, Muhammadiyah juga tetap memerlukan bantuan
pemerintah. Dalam pendidikan, hampir seluruh sekolah dan perguruan tinggi
Muhammadiyah/'Aisyiyah masih perlu akreditasi pemerintah.
Kesembilan,
sedikit mau'idhah hasanah atau saling wasiat saya sampaikan (QS al-'Asr: 1-3)
untuk kebaikan persyarikatan kita pada masa datang. Pada masa silam,
persyarikatan pernah mencoba meretas usaha ekonomi. Kita akuisisi sebuah bank
dengan proses kurang teliti. Ternyata, bank yang kita akuisisi lewat pembagian
saham baru yang bernama Bank Persyarikatan Indonesia (BPI) menjadi bank
bermasalah. Hampir saja bank bermasalah itu menyeret Muhammadiyah ke persoalan
berat, tapi Allah masih berkenan menolong Muhammadiyah sehingga kita olos dari
kemelut.
Kesepuluh,
apresiasi dibarengi rasa syukur dan harapan dibarengi doa. Satu langkah cerdas
Mas Din Syamsuddin adalah Jihad Konstitusi. Jihad Konstitusi ini autentik dan
orisinal dari Din. Ditinjau dari sudut pandang agama ataupun asas manfaat,
jihad ini sungguh tepat dan efektif. Muhammadiyah di bawah kepemimpinan Din
mencatat ada 100 UU yang dianggap melenceng dari UUD. Muhammadiyah berjuang
untuk meluruskannya lewat gugatan Mahkamah Konstitusi (MK). Sudah ada 4 UU yang
dibatalkan karena bertentangan dengan UUD 1945 dan menyengsarakan rakyat
Indonesia. Dua di antaranya UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan UU
No 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Dua UU ini lebih membela
kepentingan asing daripada kepentingan bangsa sendiri.
Akhirnya
saya berharap, Muhammadiyah yang sekarang lebih baik dari Muhammadiyah masa
silam dan Muhammadiyah masa depan akan lebih baik dari Muhammadiyah sekarang.
Muhammadiyah adalah kumpulan hamba Allah yang beriman yang berpegang teguh pada
hukum Allah dan menjauhi hukum jahiliyyah. Mari, kita terus meningkatkan
tahlilan kita pada tiga level. Tahlilan bil qalbi (dengan hati), tahlilan bil lisan (dengan
ucapan), dan lebih penting lagi tahlilan bil arkan (dengan anggota badan) dalam
wujud amal saleh. Yang terakhir ini paling penting karena dengan menjalankan
amal saleh tanpa henti, kita insya Allah dapat masuk golongan as-shalihin. Amin.
*)NB : Tulisan ini
dimuat secara bergilir di koran Republika saat berlangsungnya Muktamar 47
Muhammadiyah di Makassar 2015.
Cukup mwmberi wawasan....
BalasHapusSeandainya ada link downloadnya...
sungguh luaaaaar biasa, kami menantikan goresan2 pena yang lain pak Amin, link downloadnya mana?
BalasHapus