Diposting oleh http://mimindigenous.blogspot.com/ | 0 komentar

Pasar Gelar


Oleh : Muji Suseno


Di kampus yang telah berparas pasar
Tikar-tikar digelar-gelar menjual sejumlah gelar-gelar
Lapak-lapak menjual loak-loak ilmu dan pengetahuan

Kiranya jual-beli,
sesungguhnya jelas terlihat disini
Teriakan obral penjual semakin nyaring berbunyi,
tak bersembunyi dari telinga pembeli

Si Kumal Tukang Maki tak terlihat lagi
Padahal aku rindu bernyanyi sunyi,
di pinggir lobi,
di tepian mimpi,
bermain teka-teki

Angin sore segar yang dulu kami nikmati,
telah berganti,
dengan parfum-parfum wangi,
masa depan penuh janji
dari bibir-bibir tak suci

Uang-uang dari sudut-sudut negeri menghambur-hambur,
bertebaran di kampus bak daun-daun karet dan jati yang gugur
Demi imbalan bagi dosen-dosen supaya makmur
Agar dosen-dosen terus memasak di dapur untuk perut-perutnya yang semakin subur

Cekakak-cekikik tawa mahasiswa,
kala mengobral cerita tentang mobil papa
Cekakak-cekikik tawa mahasiswi,
kala mengobral cerita traktiran pacar di restoran siap saji

Usahlah dicari,
kuragu ada yang mau obrol-obrol diskusi,
tentang advokasi,
tentang diskriminasi,
tentang liberalisasi,
tentang marginalisasi,
dan, apalagi tentang demonstrasi!

Usahlah dicari,
kuragu ada yang menjadi aktivis
yang biasa obrolkan sosialisme
yang biasa obrolkan komunisme
yang biasa obrolkan nasionalisme
yang biasa obrolkan modernisme
yang biasa obrolkan humanisme
yang biasa obrolkan liberalisme
yang biasa obrolkan kapitalisme
dan, apalagi yang biasa mencaci hedonisme!

Si Kumal Tukang Maki tak ada lagi,
padahal aku rindu sekali,
bermain benci-benci,
membaca sekaligus mengkaji
ilmu hidup sekaligus ilmu mati

Ah...
Siapa peduli!?
Jika air lebih banyak dibanding api
Terhanyut sanubari, tenggelam hati

September 2013
M.S.


*) Tulisan ini diambil dari status Facebook penulis. Muji Suseno Pegiat MIM Indigenous School



0 komentar: