Seruling
Oleh Muji Suseno
Adalah alunan seruling tua
yang berbunyi merdu
di dekat perdu-perdu itu.
Adalah ingatan masa lalu
yang tak lagi disentuh zaman
yang diingatkan lewat alunan.
Gendang telinga pun tersentuh
getar irama kenangan merayu
sendu, namun tak pilu.
Terpejam mata menginsyafi janji
terkenang,
pada tanah jatuh keringat Ibu.
Ingatlah kalbu kepada:
Lambaian kembang-kembang incaran lebah madu.
Semarak kecipak-kecipuk tepar tangan pada jernih air.
Masih terpejam mata,
masih.
Alunan semakin menjadi irama
mengaduk-aduk hasrat
mencengkram jiwa,
erat.
Masih mengalun mengiangkan
saripati dari muara kehidupan,
yang ditelikung zaman.
Kala air tak bertugas menjadi pengairan,
udara berubah rupa menjadi kotoran metropolitan,
api berganti membenci-benci,
tanah menjelma gelombang-gelombang erosi.
Seruling tua mengalun lesu,
menutup alunan dengan pilu.
Terlepas dari tangan Ibu.
September, 2013
M.S.
yang berbunyi merdu
di dekat perdu-perdu itu.
Adalah ingatan masa lalu
yang tak lagi disentuh zaman
yang diingatkan lewat alunan.
Gendang telinga pun tersentuh
getar irama kenangan merayu
sendu, namun tak pilu.
Terpejam mata menginsyafi janji
terkenang,
pada tanah jatuh keringat Ibu.
Ingatlah kalbu kepada:
Lambaian kembang-kembang incaran lebah madu.
Semarak kecipak-kecipuk tepar tangan pada jernih air.
Masih terpejam mata,
masih.
Alunan semakin menjadi irama
mengaduk-aduk hasrat
mencengkram jiwa,
erat.
Masih mengalun mengiangkan
saripati dari muara kehidupan,
yang ditelikung zaman.
Kala air tak bertugas menjadi pengairan,
udara berubah rupa menjadi kotoran metropolitan,
api berganti membenci-benci,
tanah menjelma gelombang-gelombang erosi.
Seruling tua mengalun lesu,
menutup alunan dengan pilu.
Terlepas dari tangan Ibu.
September, 2013
M.S.
0 komentar: