undefined undefined.
Diposting oleh
http://mimindigenous.blogspot.com/
|
6
komentar
Ahmad Syafii Ma’arif: “Setan Buka Sekolah, Masuk!”
MIM Indigenous School—Secara cukup hangat,
Buya Ahmad Syafii Ma’arif menyambut kehadiran pegiat MIM Indigenous School yang
menemuinya di Masjid dekat kediamannya di daerah Nogotirto Yogyakarta selesai
shalat subuh (Sabtu, 29/6/2013).
Buya Syafii membuka pembicaraan
silaturahim MIM Indigenous School ini dengan
buku “Islam Yang Berkemajuan”. Bagi
Buya Syafii, buku tersebut sangat penting untuk mengaca kembali bagaimana
seharusnya ber-Muhammadiyah dan ber-Islam. Apalagi saat ini perkembangan AUM,
khususnya PTM berkembang dengan sangat pesat. Karenanya, dibutuhkan para pekerja
yang tidak kenal lelah, baik materi maupun non
materi. Buya Syafii pun menceritakan perkembangan Unismuh Makasar, kampus yang
beberapa hari lalu disinggaginya berkembang pesat sebagai kampus swasta
terbesar, tak hanya di Indonesia timur, melainkan juga diseluruh PTM.
Carut marut politik belakangan ini yang
menimbulkan tindak koruptif dan ragam kegaduhan, disebut Buya Syafii sebagai
syahwat politik yang tidak terkendali. Tidak sedikit para kader parpol mengalami
kegagetan budaya menjadi kelas menengah. Sehingga hal yang awalnya dianggap
tabu, secara perlahan dipaksa menjadi kebiasaan yang lumrah. Celakanya, hal
tersebut juga melanda parpol yang menggunakan lebel agama.
“Al Qur’an itu sangat dewasa, hanya saja
manusianya yang kurang dewasa” ungkap Buya Syafii saat singgung mengenai phobia sebagai kalangan terkait soal
pluralisme. Ketakutan orang tentang pluralisme sangatlah berlebihan ditengah
kompleksitas keberagaman yang tidak bisa ditolak. Apalagi Indonesia penuh
dengan keberagaman. Harusnya yang menjadi rujukan utama dalam hal ini adalah al
Qur’an yang sangat dewasa memberikan isyarat kepada seluruh umat manusia.
“rahmatan
lil alamin itu harus menyentuh seluruh umat manusia. Kalau ada kaum atheis
bergaul saja. Jika perlu kalau ada setan yang buka sekolah, masuk. Bergaullah
dengan siapa saja untuk membuka wawasan. Umat islam tidak boleh memberhalakan
sejarah” tegas Buya Syafii sambil memetik ayat Al Qur’an bahwa manusia bersuku
dan berbangsa, sehingga dalam konteks ini keberagaman sesama anak manusia tidak
bisa ditolak. Anggapan pluralisme mancampur-aduk ajaran agama hanya pandangan
yang sempit melihat perbedaan dan keberagaman. Karena bagi Buya Syafii, orang
yang sadar akan ajaran agamanya sangat kecil akan pindah agama.
“jika ada manusia yang tidak mau menerima perbedaan
dan keberagaman. Sebaiknya tidak perlu datang ke muka bumi” pesan Buya Syafii.
Karenanya, tidak heran Koran Kompas dalam usianya yang 48 tahun, menganugerahi
Buya Syafii sebagai salah satu “Cendikiawan
Berdikari” ditanah air.
Ketika disinggung mengenai Muhammadiyah
kembali. Buya Syafii dengan sangat optimis, berpandangan bahwa kedepan
Muhammadiyah masih tetap berkembang dalam berkontribusi terhadap umat dan
bangsa. Meskipun selalu mewanti-wanti agar kader Muhammadiyah tidak hanya
bergaul kedalam, melankan bisa open
minded, agar wawasannya selalu berkembang. Bagi Buya Syaffi kelompok yang
merasa besar di dalam, tidak akan punya masa depan.
Diakhir perbincangan, secara eksplisit
Buya Syafii memberikan pesan kepada MIM Indigenous School “Buka otak, buka hati
dan buka jantung untuk membaca fenomena sosial”. Sebuah pesan yang begitu
mendalam. (cm)
Tulisan Lain yang berkaitan : PAGI DAN BUYA
Gambar (klik)
^^b
BalasHapusTerima kasih telah menyempatkan ke Blog MIM Indigenous School.
Hapusehm...ehm..
BalasHapusawal yang membanggakan..
IMM AR Fachruddin membangunkan kembali mumi yang telah lama mati
semoga kejayaan AR Fachruddin kembali seperti sedia kala
amien
Mari terus berkarya. Abadi perjuangan
Hapusalhamdulillah, efek Tak Sekedar Merah ternyata bisa jadi obat kuat penambah vitalitas IMM, :D sampai di Buya Syafi'i bahkan...
BalasHapusklo diliat pesan Buya Syafi'i sampai segitu-gitunya, apa memang kader-kader Muhammadiyah sekarang jadi eksklusif sekali ya?
pluralitas memang harus dihargai, tapi sebagai isme ia tidak bijak... itu kalo pake pengertian para penganjurnya seperti Schoun dkk.. hehe klo pake pengertian Buya, ya Pluralitas is Pluralisme and if u don't agree then u are stupid :D
Ini hanya lecutan bagi kita sebagai kader Muhammadiyah agar sedikit membuka wawasan. Faktanya, masih banyak yang sekedar claiming. Soal perbedaan pemikiran bukan hanya sekedar diributkan dengan berdebat. Tapi mari dimaknai dengan sebanyak mungkin berkarya dan bermanfaat bagi semesta alam. Abadi perjuangan :)
Hapus