IMM Butuh Laboratorium Kader
Yogyakarta—belakangan ini, seiring dengan semakin matangnya usia
IMM yang tengah menginjak setengah abad. Semakin membuat kesadaran para kader
terus membesar pula, khususnya tentang pentingnya eksistensi dan konsistensi
IMM, baik secara pemikiran dan gerakan. Apalagi, arus gerakan mahasiswa yang
kini sedang mengalami kejenuhan dengan minimnya menemukan bentuk gerakan baru, kian
terjebak dalam agenda formalitas yang mengabaikan nilai-nilai dasar gerakan.
Bahkan yang lebih parah timbul kegenitan dengan partai politik, yang pada tahap
lebih jauh ruh gerakan mahasiswa mengambil jarak dengan realitas sosial,
dikarenakan beragam kepentingan politik yang menyanderanya. Pada titik ini, IMM
harus tetap berpegang teguh pada gerakan Muhammadiyah sebagaimana tertuang
dalam enam penegasan IMM sebagai identitas mutlak.
Menanggapi kegelisahasan atas
fenomina tersebut, Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas
Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PK IMM Fisipol UMY)
mengadakan diskusi dengan tajuk “Penegasan jati Diri Ikatan: Mengembalikan
Identitas Ikatan, Menguatkan Nilai Gerakan, Memahami Arah Gerak Perjuangan”
pada hari Minggu 22 Juni 2014 bertempat di Multimedia Komunikasi Lt.1 UMY dengan
pembicara Aminuddin Anwar, S.E., M.Sc. (penulis buku Genealogi Kaum Merah) dan
Rijal Ramdani, S.IP., MPA. (pegiat MIM Indigenous School). Diskusi ini
bersamaan dengan pelantikan pengurus baru PK IMM Fisipol UMY.
“Pemahaman tentang nilai dasar
ikatan dalam tubuh IMM menjadi hal yang sangat penting. Hal ini untuk
memberikan dorongan sebesar mungkin kepada para kader untuk mengekplorasi diri
baik secara individu maupun secara kolektif dalam ruang-ruang perkaderan. Maka,
pemahaman para kader terhadap perkaderan ikatan melalui falsafah training
perkaderan akan mempermudah intenalisasi nilai dasar ikatan” jelas Aminuddin
Anwar. Ia juga menjelaskan bahwa perlunya evaluasi terhadap program kebijakan
dan perkaderan menjadi hal yang sangat mendesak dikarenakan budaya gerakan yang
semakin kompleks. Bentuk evaluasi ini hanya bisa dilakukan apabila yang
mengevaluasi juga memahami, mengerti dan mampu menggerakkan apa yang
dievaluasi. Jika tidak, hasilnya dipastikan tidak ada perubahan apapun dan bagaimanapun
bentuknya.
“Keberadaan lembaga creative minority atau labolatorium
kader bisa menjadi alternatif dalam membentuk kemampuan, loyalitas dan
progresifitas kader ikatan, sebagaimana telah dilakukan beberapa level pimpinan
ikatan dalam buku Genealogi Kaum Merah yang telah kami terbitkan” pungkas
Aminuddin Anwar. Baginya, beberapa lembaha creative
minority mampu membangun akselerasi perkaderan secara informal. Ia pun
mencontohkan MIM Indigenous School yang sudah berusia satu dekade sebagai
lembaga lembaga creative minority PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta. Buku
Genealogi Kaum Merah ditulis Aminuddin Anwar ia tulis dengan Makhrus Ahmadi.
Sedangkan Rijal Ramdani
menjelaskan bahwa gerakan IMM, harus mampu menjadi magnet gerakan mahasiswa
yang lain dengan ciri gerakannya yang khas. Artinya, mendobrak kebuntuan
gerakan menjadi hal yang diperlukan. Terlebih, ditengah situasi jelang Pilres
2014, dimana patronase semakin merata. Baik dari kader ikatan, kader
Muhammadiyah ataupun gerakan mahasiswa lainnya.
0 komentar: