Diposting oleh http://mimindigenous.blogspot.com/ | 0 komentar

IMM Butuh Laboratorium Kader

Yogyakarta—belakangan ini, seiring dengan semakin matangnya usia IMM yang tengah menginjak setengah abad. Semakin membuat kesadaran para kader terus membesar pula, khususnya tentang pentingnya eksistensi dan konsistensi IMM, baik secara pemikiran dan gerakan. Apalagi, arus gerakan mahasiswa yang kini sedang mengalami kejenuhan dengan minimnya menemukan bentuk gerakan baru, kian terjebak dalam agenda formalitas yang mengabaikan nilai-nilai dasar gerakan. Bahkan yang lebih parah timbul kegenitan dengan partai politik, yang pada tahap lebih jauh ruh gerakan mahasiswa mengambil jarak dengan realitas sosial, dikarenakan beragam kepentingan politik yang menyanderanya. Pada titik ini, IMM harus tetap berpegang teguh pada gerakan Muhammadiyah sebagaimana tertuang dalam enam penegasan IMM sebagai identitas mutlak.

Menanggapi kegelisahasan atas fenomina tersebut, Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PK IMM Fisipol UMY) mengadakan diskusi dengan tajuk “Penegasan jati Diri Ikatan: Mengembalikan Identitas Ikatan, Menguatkan Nilai Gerakan, Memahami Arah Gerak Perjuangan” pada hari Minggu 22 Juni 2014 bertempat di Multimedia Komunikasi Lt.1 UMY dengan pembicara Aminuddin Anwar, S.E., M.Sc. (penulis buku Genealogi Kaum Merah) dan Rijal Ramdani, S.IP., MPA. (pegiat MIM Indigenous School). Diskusi ini bersamaan dengan pelantikan pengurus baru PK IMM Fisipol UMY.

“Pemahaman tentang nilai dasar ikatan dalam tubuh IMM menjadi hal yang sangat penting. Hal ini untuk memberikan dorongan sebesar mungkin kepada para kader untuk mengekplorasi diri baik secara individu maupun secara kolektif dalam ruang-ruang perkaderan. Maka, pemahaman para kader terhadap perkaderan ikatan melalui falsafah training perkaderan akan mempermudah intenalisasi nilai dasar ikatan” jelas Aminuddin Anwar. Ia juga menjelaskan bahwa perlunya evaluasi terhadap program kebijakan dan perkaderan menjadi hal yang sangat mendesak dikarenakan budaya gerakan yang semakin kompleks. Bentuk evaluasi ini hanya bisa dilakukan apabila yang mengevaluasi juga memahami, mengerti dan mampu menggerakkan apa yang dievaluasi. Jika tidak, hasilnya dipastikan tidak ada perubahan apapun dan bagaimanapun bentuknya.

“Keberadaan lembaga creative minority atau labolatorium kader bisa menjadi alternatif dalam membentuk kemampuan, loyalitas dan progresifitas kader ikatan, sebagaimana telah dilakukan beberapa level pimpinan ikatan dalam buku Genealogi Kaum Merah yang telah kami terbitkan” pungkas Aminuddin Anwar. Baginya, beberapa lembaha creative minority mampu membangun akselerasi perkaderan secara informal. Ia pun mencontohkan MIM Indigenous School yang sudah berusia satu dekade sebagai lembaga lembaga creative minority PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta. Buku Genealogi Kaum Merah ditulis Aminuddin Anwar ia tulis dengan Makhrus Ahmadi.

Sedangkan Rijal Ramdani menjelaskan bahwa gerakan IMM, harus mampu menjadi magnet gerakan mahasiswa yang lain dengan ciri gerakannya yang khas. Artinya, mendobrak kebuntuan gerakan menjadi hal yang diperlukan. Terlebih, ditengah situasi jelang Pilres 2014, dimana patronase semakin merata. Baik dari kader ikatan, kader Muhammadiyah ataupun gerakan mahasiswa lainnya.

“Barangkali, gerakan yang berorientasi jangka panjang bisa memberikan solusi agar keberadaan IMM mampu mengambil yang lebih besar” ucap Rijal Ramdani yang juga sebagai senior dari PK IMM Fisipol UMY. (adm)

0 komentar: