Diposting oleh http://mimindigenous.blogspot.com/ | 2 komentar

Membumikan Gerakan Keilmuan Berkemajuan

Membumikan Gerakan Keilmuan Berkemajuan dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)[1]

Arif Widodo[2]
Pendahuluan 

Gerakan Keilmuan merupakan gerakan yang sangat vital dalam perjalanan sejarah umat manusia. Ada dialog dari salah satu film berjudul “V for Vendetta (2005)” yang selalu penulis ingat, kurang lebih bisa dituliskan seperti ini:

“Karena manusia bisa gagal. Dia bisa tertangkap, dia bisa terbunuh dan terlupakan. Tapi 400 tahun kemudian, sebuah pemikiran masih bisa mengubah dunia. Aku menyaksikan dari awal akan kedahsyatan sebuah pemikiran. Aku melihat manusia membunuh dengan mengatasnamakan pemikiran itu dan mati karena mempertahankan pemikiran tersebut. Tapi kau tak bisa mencium pemikiran, tak bisa menyentuh ataupun memegang pemikiran tersebut. Pemikiran tidak berdarah. Mereka tidak merasakan sakit.”

Dialog film di atas kiranya mampu menjelaskan tentang kedahsyatan sebuah pemikiran. Seorang pemikir, mungkin saja bisa mati dihujam “peluru” kekuasaan, tapi pemikiran tidak akan pernah tersentuh oleh senjata secanggih apapun. Pemberontakan, perlawanan melawan penindasan, kolonialisme (neo-kolonialisme) di seluruh belahan dunia, selalu berawal dari gerakan keilmuan yang membuahkan pemikiran. Karena tindakan atau perlawanan revolusioner tidak akan terjadi kecuali diawali dari teori yang revolusioner. Jadi, pemberontakan dan revolusi sosial tidak terjadi dalam waktu yang pendek (singkat) melainkan melalui proses panjang yang diawali dengan gerakan keilmuan. Perlu diingat pula bahwa gerakan keilmuan sebagian besar tidak timbul dari massa yang banyak, melainkan dari kelompok kecil yang berpikir besar dan visioner. Lihat saja revolusi Syi’ah di Iran, revolusi di Amerika Latin, arsitek-arsiteknya bermunculan dari kelompok kecil yang militan, sebut saja Ali Syari’ati, Che Guevara dan teman-teman.

Hal-hal tersebut yang harus dijadikan pemahaman lebih dulu, sehingga dari pemahaman tersebut akan timbul kesadaran untuk merintis keilmuan. Terutama, untuk mendukung kerja intelektual muslim IMM dalam memberikan sumbangsih pemikiran yang mencerahkan untuk persyarikatan, umat dan bangsa.

Muhammadiyah Sebagai Gerakan Keilmuan

Perkaderan memang menjadi fokus penting dalam Muhammadiyah. Aspek yang lain (yang juga diperhatikan) adalah gerakan sosial, yang dibuktikan dengan berdirinya banyak amal usaha Muhammadiyah (AUM) untuk dijadikan wadah bagi rakyat miskin dalam mengakses pendidikan, kesehatan, dan pemerataan pendapatan dan kesejahteraan. Yang dengan semua itu, Muhammadiyah menjadi salah satu organisasi keagamaan terbesar di dunia.

Selain beberapa hal di atas, ada faktor penting lain, yaitu Muhammadiyah sebagai Gerakan Keilmuan. Mungkin ini merupakan ungkapan yang belum sering terdengar oleh banyak orang, namun sadar atau tidak, gerakan keilmuan niscaya adanya dalam tubuh Muhammadiyah. Sejauh yang penulis ketahui, bergantinya Majlis Tarjih Muhammadiyah (nama pada periode sebelumnya) menjadi Majlis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam merupakan tanda “simbolik” adanya gerakan keilmuan dalam Muhammadiyah. Muhammadiyah setelah itu mulai menunjukkan gerakan keilmuan, yang walaupun terdapat beberapa perdebatan, namun tak bisa dipungkiri banyak pemikiran segar yang dihasilkan dalam usaha pembuktian bahwa Islam adalah agama yang dinamis, kontekstual dan berkemajuan. Dalam tubuh Muhammadiyah sendiri, gerakan keilmuan terasa sangat jelas ketika kita melihat adanya aliran–aliran pemikiran yang variatif, bisa dikelompokkan menjadi tiga, lain:
  1. Aliran Puritan. Kelompok pemikiran ini masih berpegang teguh pada tugas purifikasi. Kelompok ini bberpedoman pada teks semata tanpa harus dipengaruhi oleh ilmu atau metodologi modern (barat).
  2. Aliran Liberal. Kelompok ini bertolak belakang dengan pemikiran aliran puritan, kelompok ini memandang bahwa Muhammadiyah telah mengalami degradasi dalam tajdid-nya dan hanya terjebak dalam kegiatan seremonial (program kerja) saja. Akhirnya, mereka berijtihad dengan menggunakan ilmu dan metodologi barat (modern) dalam memahami teks-teks agama, supaya kontekstual.
  3. Aliran Dekonstruktif. Aliran pemikiran ini berpandangan bahwa Muhammadiyah sudah tidak lagi menjadi “teman” bagi kaum mustadh’afiin (miskin dan tertindas). Maka, aliran ini memahami agama dengan teori-teori kiri dan lebih cenderung kepada Islam “Kiri”, agar Muhammadiyah menjadi pembela (kembali) kaum yang termarginalkan. (Abdul Halim Sani, 2011)
Dengan adanya tiga aliran pemikiran dalam tubuh Muhammadiyah—seperti penjelasan sebelumnya—menunjukkan bahwa Muhammadiyah telah menjadi gerakan keilmuan, dalam arti yang substansial. Tapi, jangan diartikan hal tersebut sebagai “pecahnya” Muhammadiyah. Namun, pahami sebagai permerkaya khazanah keilmuan dalam tubuh Muhammadiyah.

IMM Sebagai Gerakan Keilmuan

Adanya gerakan keilmuan dalam tubuh Muhammadiyah, telah “menular” kepada ortom-nya, salah satunya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). IMM sebagai gerakan mahasiswa Islam, mempunyai trilogi Ikatan, yaitu religiusitas, intelektualitas dan humanitas. Dalam trilogi Ikatan tersebut, terdapat unsur intelektualitas, yang memberikan indikasi bahwa IMM mempunyai ranah gerak dalam pengembangan pemikiran (keilmuan), meskipun tetap bersatu dengan dua unsur yang lain (religiusitas dan humanitas).

Secara nasional, IMM belum sepenuhnya maksimal dalam rangka membumikan gerakan keilmuan ini. Hanya saja di beberapa daerah, IMM sudah mempunyai gerakan keilmuan yang cukup kuat, diantaranya: IMM Sukoharjo, IMM AR Fakhruddin, IMM Makassar serta IMM Ciputat. Basis gerakan mereka juga tidak berawal dari massa yang banyak, namun berawal dari kelompok-kelompok kecil (limited group)[3] yang tumbuh dalam tubuh ikatan itu sendiri.

Dalam perjalanannya gerakan keilmuan IMM pun mengalami pembagian aliran yang kurang lebih sama (secara garis besar) dengan yang terjadi pada tubuh Muhammadiyah. Kader IMM sebagian besar terdapat beberapa aliran, antaranya: aliran puritan yang skriptual; ada pula yang liberal dengan mengindahkan penggunaan ilmu dan metodologi barat (seperti metode heurmenetika dalam memahami teks); serta terdapat pula aliran yang revolusioner dengan menggunakan metode Materialisme Dialektika Historis ala Marxis.

Selain dari fakta yang membuktikan terbaginya aliran pemikiran kader dalam IMM, adanya gerakan keilmuan IMM juga terbukti dengan adanya buku-buku yang ditulis langsung oleh kader IMM, baik mengenai pemikiran dan gerakan IMM maupun mengenai isu di luar IMM (seperti ekonomi, sosial, politik dan budaya). Sehingga, literatur mengenai IMM pun mulai bertambah dan berkembang—meskipun masih tertinggal jika dibandingkan GM yang lain. Karena, gerakan keilmuan bukan gerakan yang pragmatis jangka pendek tetapi gerakan jangka panjang menuju suatu perubahan, seperti perkataan Buya Syafi’i Ma’arif: “Kerja Intelektual adalah kerja seumur hidup, itupun tidak pernah tuntas dan memuaskan”. Sehingga, dengan sadar, Gerakan Keilmuan perlu dibumikan dalam tubuh Ikatan dengan dibumikannya gerakan membaca, gerakan diskusi dan gerakan menulis, yang pada akhirnya akan membuahkan pemikiran-pemikiran yang mencerahkan, membumi dan mampu mengubah keadaan.

Setelah penjelasan di atas tadi mengenai ketertinggalan IMM dalam hal karya tulis terutama buku, jika dibandingkan dengan organisasi mahasiswa Islam yang lain. Oleh sebab itu, gerakan keilmuan menjadi urgent untuk terus ditumbuh-kembangkan dalam tubuh Ikatan untuk memperbanyak produk pemikiran yang dihasilkan oleh kader-kader IMM serta nantinya akan mampu berfastabiqul khairaat dengan gerakan mahasiswa yang lain.

Pembentukan Creative Minority

Dalam penjelasa sebelumnya, telah dijelaskan bahwa adanya creative minority menjadi penting dalam rangkan mendukung adanya gerakan keilmuan dalam Ikatan. Beberapa creative minority yang ada di tubuh IMM dan masih eksis dan berkembang sampai saat ini, adalah:

Madrasah Intelektual Muhammadiyah (MIM) Indigenous School, merupakan creative minority yang lahir di cabang AR Fakhruddin kota Yogyakarta dan masih eksis sampai saat ini. beberapa buku yang telah diterbitkan oleh MIM Indigenous School, antara lain: Rahim Perjuangan yang terbit pada tahun 2009, Tak Sekadar Merah: Memoar dan Testimoni Kader IMM (2013) dan yang terakhir adalah buku Genealogi Kaum Merah (2014).

Madrasah Intelektual Muhammadiyah (MIM) merupakan contoh creative minority yang ada dalam tubuh IMM. Meskipun sebelumnya anak-anak muda Muhammadiyah telah membuat Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM), yang pada akhirnya dibubarkan. Gerakan keilmuan harus dimulai dengan pembentukan creative minority, dengan kegiatan utamanya:
  • Gerakan Membaca: menggalakkan gerakan membaca bagi kader-kader IMM mengenai pembacaan terhadap khazamah Islam klasik, khazanah Islam kontemporer serta pemikiran Barat kontemporer.
  • Gerakan Diskusi: mendiskusikan hal-hal yang sudah menjadi bahan bacaan sebelumnya, gagasan yang baru akan muncul melalui proses dialektika (dalam diskusi). Selain itu, diskusi juga terkait dengan permasalahan atau isu kontemporer yang ada.
  • Gerakan Menulis: gagasan yang sudah didiskusikan, kemudian dituliskan agar mampu dibaca dan dikonsumsi oleh orang lain serta mamou juga untuk dikritisi sehingga diharapkan akan memicu munculnya tulisan-tulisan (gagasan) lain yang lebih baik.
Kesimpulan 

Dari beberapa penjelasan sebelumnya, bisa disimpulkan bahwa dunia pemikiran tidak pernah tumbuh dari massa yang banyak, namun dari kelompok kecil yang militan. Kemudian, gerakan mahasiswa tidak pernah bisa lepas dari gerakan keilmuan, karena hanya dengan jalan tersebut akan tetap subur dan tumbuh pemikiran-pemikiran yang mencerahkan. IMM sebagai organisasi mahasiswa Islam pun tidak bisa lepas dari tanggung jawab intelektualnya, untuk tetap produktif dalam menghasilan gagasan dan pemikiran yang mampu memberikan sumbangsih bagi kemajuan peradaban umat manusia.

Maka dari itu, gagasan pembentukan creative minority sebagai pilar gerakan keilmuan diharapkan mampu untuk menunaikan tanggung jawab intelektual yang diemban IMM, dengan tetap menjadikan level akar rumput (grass root) basis gerakan keilmuan. Skema sederhana mengenai gerakan keilmuan dengan berbasis pada creative minority:

MIM2

Penjelasan:
Gerakan keilmuan didasarkan pada pembentukan creative minority dengan kegiatan utamanya meliputi:
  1. Gerakan membaca: dilakukan sebagai langkah awal dalam rangka penyediaan kapasitas pengetahuan (intellectual modal) yang menjadi dasar bagi terlaksananya gerakan diskusi dan gerakan menulis. Dengan adanya intellectual modal yang memadahi diharapkan akan menunjang bagi keberlangsungan dua gerakan yang lain. Intellectual capital harus ditopang dengan referensi buku yang lengkap dan jelas.
  2. Gerakan diskusi: merupakan langkah selanjutnya dari gerakan membaca, dimaksudkan untuk memberikan wadah dialektika gagasan dan pemahaman mengenai gagasan yang sudah dibaca sebelumnya. Gerakan diskusi ini dilakukan rutin dengan membuat tulisan yang mengantarkan pada diskusi.
  3. Gerakan menulis: gerakan ini merupakan usaha untuk mempublikasikan gagasan-gagasan hasil proses diskusi sebelumnya dalam bentuk tulisan. Dimaksudkan akan terbentuk kebiasaan menulis gagasan dari hasil diskusi, sehingga tulisan-tulisan kader menjadi lebih berkembang.
Gerakan keilmuuan ini juga mendorong terbentuknya Creative Minority di level komisariat dengan Human Capital yang ada, sehingga akan muncul Creative Minority yang lain yang lahir dari komisariat. Meskipun Cabang sudah mempunyai MIM sebagai lembaga Creative Minority namum komisariat juga perlu didorong untuk membentuk yang lain sebagai pelahir gagasan dan pemikiran yang mencerahkan untuk Islam berkemajuan.

[1]Tulisan ini merupakan tugas Narasi Progress dalam Darul Arqam Madya (DAM) IMM Cabang AR Fakhruddin Kota Yogyakarta, yang dilaksanakan pada tanggal 9-14 Juni 2014 bertempat di BLK-PAY.
[2] Bidang Kader PK IMM FE UMY periode 2013-2014, aktif di Korps Instruktur PC IMM AR Fakhruddin Kota Yogyakarta.
[3] Pemikiran akan lahirnya wadah mahasiswa dalam Muhammadiyah (IMM ) berawal dari kelompok kecil yang dinamakan juga dengan istilah  limited group atau ada pula yang menyebut dengan istilah creative community; creative minority. Limited group terbentuk dari beberapa kecil orang yang mempunyai ide/pemikiran yang kemudian mampu membawa perubahan pada suatu organisasi atau masyarakat.

Sumber : Repost dari blog penulis (Klik Sini)


2 komentar:

  1. alhamdulillah, sebelumnya terimakasih semoga jaringan ikatan muhammadiyah dan sesama lintas kader bisa saling memahami akan amanat dan mandat dalam organisasi ini untuk agama dan bangsa. semoga cahaya surya bisa terus dirasakan

    BalasHapus