Diposting oleh http://mimindigenous.blogspot.com/ | 2 komentar

Parpol Mahasiswa Wujud Demokratisasi Kampus


Aminuddin Anwar *)

Partai politik (Parpol) mahasiswa barangkali masih terdengar asing di dalam dunia kemahasiswaan. Tidak dapat dinapikan bahwa kehadiran Parpol mahasiswa dapat menjadi pembelajaran politik yang efektif bagi mahasiswa sebelum terjun langsung ke dunia perpolitik praktis atau partai politik. Disini politisi mahasiswa dituntut untuk professional dalam bergerak dan menjalankan roda kepartaian. Menurut informasi ternyata untuk permulaan pemilu hampir diseluruh kampus Indonesia terdeteksi tanpa menggunakan system parpol mahasiswa dalam menjalankan pemilihan umum (pemilu) untuk Eksekutif (Presiden dan Wakil Presiden) dan legislative ( Dewan Perwakilan Mahasiswa). Namun dalam perkembangan perpolitikan mahasiswa ternyata perlu untuk menggunakan suatu system yang mengaspirasikan suara dari keseluruhan mahasiswa sehingga hampir di setiap kampus di Indonesia untuk sekarang ini menggunakan pemilu dengan adanya parpol mahasiswa.

Kehadiran Parpol mahasiswa di kampus akan memberikan banyak manfaat yaitu: pertama, Menciptakan pola baru dalam perpolitikan mahasiswa karena praktik pemilu yang biasa diselenggarakan di kampus selama ini kurang merebut simpati dan partisipasi mahasiswa bahkan cenderung monoton. Kedua, Dalam rangka mewujudkan demokratisasi kampus. Istilah demokrasi di kampus akan memiliki makna “ dari mahasiswa-oleh mahasiswa-untuk mahasiswa “ secara jelas bahwa semuanya berkaitan dengan kemahasiswaan jadi perlu dihindari boncengan stakeholders atau orang yang berkepentingan yang mempunyai misi tertentu dengan terpilihnya wakil-wakil mahasiswa di lembaga kemahasiswaan.

Hal-hal seperti ini akan menyadarkan posisi lembaga kemahasiswaan untuk serius menunaikan amanah untuk memperjuangkan dan memfasilitasi kepentingan mahasiswa bukan untuk memperjuangkan kepentingan- kepentingan pihak tertentu. Kalau pemerintah sesungguhnya pelayan rakyat maka pemerintah mahasiswa adalah pelayan mahasiswa. Ketiga, untuk meningkatkan daya partisipasi mahasiswa dalam pemilu. Karena kalau kita melihat dalam pemilu mahasiswa antusias dari mahasiswa itu sendiri kurang sekali padahal ini adalah wujud partisipasi mahasiswa untuk memilih calon yang visi dan misinya sesuai dengan apa yang dia harapkan sehingga secara otomatis mahasiswa akan menjatuhkan pilihan untuk lembaga eksekutif dan legislative pada apa yang secara jelas mempunyai inisiatif untuk memperjuangkan kepentingan mahasiswa jadi persaingan yang terjadi secara sengit antar kelompok mahasiswa memperebutkan simpati mahasiswa untuk memenangkan pemilu terjadi secara sehat dan untuk pembelajaran perpolitikan mahasiswa. Kadang mereka juga disibukkan dengan urusan- urusan kuliah sehingga mahasiswa tahu tetapi tidak mau tahu apa yang sedang terjadi di kampus.

Keempat, menguatkan legitimasi keberadaan lembaga mahasiswa yang selanjutnya lembaga tersebut akan diakui legtimasinya yang selama ini dipertanyakan birokrat kampus dan kalangan mahasiswa sendiri. Kelima, melaksanakan pendidikan politik dan menumbuh kembangkan kesadaran akan hak dan kewajiban politik mahasiswa dalam kehidupan lembaga mahasiswa, karena pendidkan di kampus yang akan berbicara tentang politik yaitu hanya mahasiswa ISIPOL khususnya Ilmu Pemerintahan yang backgroundnya adalah masalah perpolitikan tetapi bisa juga kita dari Ekonomi, FAI, Kedokteran dan lain-lain mempraktikan perpolitikan dengan adanya pemilu seperti itu. Keenam, menyerap, menyalurkan dan memperjuangkan kepentingan mahasiswa dalam pembuatan kebijakan lembaga mahasiswa melalui BEM dan Senat sehingga ada suatu persiapan untuk mengisi jabatan- jabatan politik sesuai mekanisme demokrasi.

Berbagai parpol mahasiswa dengan latar belakang yang berbeda-beda mengikuti pemilu sekaligus mengendarai parpol yang berbeda setidaknya telah menunjukkan dinamika perpolitikan mahasiswa yang cukup menarik dipelajari dan pada akhirnya mewujudkan demokratisasi di kampus. Apakah sebuah pemilu mahasiswa akan benar- benar mencerminkan mahasiswa yang berdaulat? Kalau dilihat dari perkembangan pemilu mahasiswa yang kita ketahui bahwasanya pemilu itu hanya akan menampung kepentingan dari suatu kelompok yang memenangkan pemilu sehingga tiap kelompok akan berusaha untuk memenangkan pemilu tersebut.

Pemilu mahasiswa merupakan ajang dimana mahasiswa dapat menyalurkan aspirasi untuk kemajuan di kampus dari segi kemahasiswaan melalui lembaga-lembaga yang ada sehingga wujud dari demokrasi kampus itu akan nampak secara nyata. Dengan adanya parpol sebagai sarana maka akan menunjukkan persaingan sengit pada tahap kemahasiswaan dalam rangka untuk mengidealkan keberadaan pemerintahan mahasiswa “student government “. Kemajuan pembelajaran perpolitikan mahasiswa semoga akan menjadikan suatu pembelajaran yang akan menjadi pemimpin bangsa ini di masa depan sehingga dengan adanya pembelajaran politik di lingkungan kampus akan menciptakan seorang pemimpin yang ideal di masa depan. Tetapi hari ini banyak mahasiswa yang tidak mengetahui siapa presiden mahasiswanya? Semoga perubahan akan terjadi dengan kesadarannya akan peran tiap mahasiswa dalam menentukan pemimpinnya di kampus dan juga para pemimpin yang berada pada lembaga di kampus dapat mengoptimalkan pekerjaannya dan menjadi seperti yang diharapkan.

*) Penulis buku "Genealogi Kaum Merah" dan pegiat senior MIM Indigenous School


2 komentar: